MODUL  2.  PERUBAHAN DAN KONFLIK SOSIAL 
1.      PERILAKU SOSIAL
Perilaku
 erat kaitannya dengan kepribadian, yang terbentuk melalui sosialisasi 
semenjak masa kanak-kanak sampai usia tua, sehingga menjadi ajang 
pembinaan kepribadian (personality building) bagi seseorang. Sosialisasi dan kepribadian akan membentuk sistem perilaku (behavior sistem), dimana perilaku tersebut harus menyesuaikan dengan kaidah yang berlaku (conformity), tetapi sering terjadi perilaku yang menyimpang (deviation) yang memicu terjadinya perubahan sosial.
Tindakan
 sosial adalah tindakan individu yang diarahkan pada orang lain dan 
memiliki arti, baik bagi diri si pelaku maupun bagi orang lain. Dalam 
tindakan sosial mengandung tiga konsep, yaitu tindakan, tujuan dan 
pemahaman. Cirri-ciri sari tindakan sosial adalah: tindakan memiliki 
makna subjektif, tindakan nyata yang bersifat membantin dan bersifat 
subjektif, tindakan berpengaruh positif, tindakan diarahkan pada orang 
lain dan tindakan merupakan respons terhadap tindakan orang lain. 
Berdasarkan tingkat pemahamannya, terdapat rasionalitas instrument, 
rasionalitas berorientasi nilai dan tindakan  afektif serta tindakan tradisional.
Interaksi sosial merupakan prasayarat
 terbentuknya masyarakat, karena melalui interaksi tersebut akan 
terjalin hubungan antarindividu dan individu dengan kelompok serta 
hubungan antar kelompok, yang ditandai dengan adanya hubungan timbale 
balik antara pihak yang berinteraksi. Terjadinya interaksi sosial 
diperlukan kontak sosial dan komunikasi. Imitasi, sugesti, identifikasi 
dan simpati, merupakan faktor  yang  dapat
 melangsungkan interaksi sosial. Dalam kehidupan sehari-hari ditemui dua
 bentuk interaksi sosial, yaitu yang bersifat asosiatif dan disosiatif. 
Bentuk interaksi sosial yang bersifat asosiatif adalah kerjasama (cooperative) dan akomodasi (accommodation) , sedangkan yang termasuk ke dalam bentuk disosiatif yaitu persaingan (competition), kontraversi (contravention) dan pertentangan (conflict).
2.      PERUBAHAN SOSIAL
Dinamika masyarakat dicirikan dengan adanya perubahan sosial, oleh karena itu  tidak
 ada satu masyarakat pun yang statis. Terjadinya perubahan pada salah 
satu aspek kehidupan dapat menimbulkan perubahan pada aspek yang 
lainnya, baik yang menyangkut material maupun nonmaterial, sehingga 
sering menimbulkan disintegrasi yang diikuti dengan adanya reorganisasi 
untuk mencapai keseimbangan dalam kehidupan sosial.
Perubahan
 sosial dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Yang 
termasuk faktor internal yaitu yang berasal dari masyarakat itu sendiri,
 seperti : perubahan komposisi penduduk, konflik dan penemuan baru. 
Sedangkan faktor eksternal yaitu yang berasal dari luar masyarakat, 
seperti : bencana alam, peperangan, intervensi dan budaya asing. Selain 
itu, terdapat pula faktor penghambat dan pendorong perubahan. Faktor 
penghambat yaitu : perkembangan ilmu pengetahuan yang berjalan lambat, 
sikap tradisional, solidaritas kelompok tinggi, kepentingan, prasangka 
buruk pada pihak luar san takut akibat dari perubahan. Faktor pendorong 
perubahan adalah pendidikan yang maju, sikap menghargai karya orang 
lain, toleransi dan sistem masyarakat terbuka.
Berlangsungnya
 perubahan dapat terjadi secara lambat atau cepat, meliputi skala kecil 
dan besar, direncanakan dan tidak direncanakan. Perubahan sosial yang 
cepat dan tidak direncanakan sering menimbulkan disintegrasi dalam 
berbagai bentuk konflik sosial.
3.      KONFLIK SOSIAL
Konflik
 sosial adalah pertentang antar anggota atau antar kelompok dalam 
masyarakat yang sifatnya menyeluruh, yang disebabkan oleh adanya 
beberapa perbedaan,  yaitu perbedaan individu, perbedaan pola budaya, perbedaan status sosial, perbedaan kepentingan dan terjadinya perubahan sosial.
Bagi
 masyarakat, terjadinya konflik memiliki beberapa fungsi yaitu : 
mendorong upaya akomodasi, menjadi media untuk meningkatkan solidaritas,
 memungkinkan terjalinnya kerjasama, meningkatkan peran individu dan 
mendorong terjadinya komunikasi. Terdapat enam bentuk konflik sosial 
yaitu: konflik pribadi, konflik kelompok, konflik antar kelas, konflik 
rasial, konflik politik dan konflik budaya.
Berdasarkan
 tingkatannya, konflik sosial dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu : 
konflik tingkat rendah, konflik tingkat menengah dan konflik tingkat 
tinggi. Agar supaya konflik tersebut tidak menimbulkan disintegrasi 
dalam masyarakat, maka diperlukan upaya-upaya untuk mengatasinya. Cara 
yang biasa ditempuh untuk mengatasi konflik tersebut adalah melalui, 
konsiliasi, mediasi, arbitrasi, paksaan dan détente.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar